A. PENDAHULUAN
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak lancar, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari. Kadang-kadang terasa amat sulit. Inilah kenyataan yang sering kita temui pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam setiap individu memang tidak sama. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku di kalangan anak didik.
Pengangkatan sebuah tema Pengaruh Lingkungan Kost Terhadap Kesulitan Belajar seorang anak ini didasarkan pada pengamatan saya terhadap beberapa anak Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sengata yang kebetulan indekost satu rumah dengan penulis. Kebetulan ada empat orang anak SMAN 1 yang tinggal satu rumah dengan penulis. Sudah 3 semester mereka berada di sengata. Mereka adalah anak-anak yang beruntung mendapatkan beasiswa dari salah satu perusahaan di kecamatan Telen untuk melanjutkan studi di sekolah unggulan SMAN 1 sengata. Mereka diambil dari anak-anak yang berprestasi di lingkungan perusahaan tersebut. Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga sederhana. Hanya salah satu dari mereka yang orang tuanya kebetulan sebagai seorang guru. Kedatangan mereka pertama kali di kota Sengata terlihat polos sekali. Maklum mereka berasal dari pelosok yang kebetulan penulis juga tidak pernah kesana.
Tahun Pertama disengata prestasi mereka memang lumayan cukup lumayan untuk standart minimum yang dibebankan perusahaan kepada mereka. Mereka mampu memenuhi target tersebut. Dalam kehidupan sehari mulai awal mereka tinggal disengata, banyak sekali perubahan-perubahan yang mereka alami. Mulai dari sifat dan tingkah lakunya sehari-hari. Ada hal yang akan penulis jabarkan dalam penulisan artikel ini.
Lingkungan baru bagi beberapa orang merupakan sebuah stimulus bagi seseorang yang terkadang mampu menjadi penyebab terjadinya kesulitan dalam menyesuaikan diri dan belajar. Begitu pula halnya dengan siswa yang baru mengenal lingkungan sekolah menengah, dimana lingkungan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan SMP. Untuk menghadapi lingkungan baru ini, siswa membutuhkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sehingga dengan modal tersebut, seseorang dapat beraktivitas dalam menjalankan tugas-tugas di sekolah menengah dengan baik. Keadaan mereka yang dari kampung memaksa mereka minder terhadap situasi di kota.
Menjadi siswa di salah satu SMAN unggulan merupakan tujuan utama sebagian besar lulusan SMP. Melepaskan diri dari orang tua, memperoleh kehidupan bebas dan menjalani kehidupan yang lebih mandiri. Namun Euphoria menjadi siswa baru pasti tetap mempunyai kendala dalam pelaksanaannya. Suatu perubahan mendasar yang tiba-tiba yaitu lingkungan baru, teman baru dari berbagai kalangan bervariasi dan pemberian kebebasan secara tingkah laku dan akademik.
Dari beberapa hal tersebut, identifikasi masalah yang penulis temui adalah
1. Kesulitan Belajar Anak kost?
2. Apa saja faktor-faktor kesulitan belajar yang didapat?
3. Langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut?
B. PEMBAHASAN
1. Kesulitan Belajar Anak Kost
Lingkungan baru bagi beberapa orang merupakan sebuah stimulus bagi seseorang yang terkadang mampu menjadi penyebab terjadinya kesulitan dalam menyesuaikan diri. Begitu pula halnya dengan siswa yang baru mengenal lingkungan sekolah menengah unggulan, dimana lingkungan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan SMP. Untuk menghadapi lingkungan baru ini, siswa membutuhkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sehingga dengan modal tersebut, seseorang dapat beraktivitas dalam menjalankan tugas-tugas disekolah menengah dengan baik.
Menjadi siswa di sekolah menengah unggulan merupakan tujuan utama sebagian besar lulusan SMP apalagi didaerah pelosok. Melepaskan diri dari orang tua, memperoleh kehidupan bebas dan menjalani kehidupan yang lebih mandiri. Namun Euphoria menjadi siswa baru pasti tetap mempunyai kendala dalam pelaksanaannya. Suatu perubahan mendasar yang tiba-tiba yaitu lingkungan baru, teman baru dari berbagai kalangan bervariasi dan pemberian kebebasan secara tingkah laku ataupun akademik.
Tidak semua siswa baru dapat menyesuaikan diri dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sebagian anak-anak kost tersebut yang merasa tidak nyaman dengan posisinya sebagai siswa baru. Hal ini kemudian menimbulkan berbagai hambatan dalam penyesuaian diri serta sosialisasi dengan lingkungan baru. Seperti kesulitan dalam memilih teman baru, tidak cocok dengan lingkungan dan teman baru di kos dan penyesuaian lingkungan belajar yang berbeda pada saat di SMP dipelosok dan SMAN unggulan di tengah kota.
Setiap individu melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam setiap tahap perkembangannya. Pada tahap remaja individu mengalami perubahan yang hebat karena merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, khususnya pada awal pubertas atau remaja awal. Perubahan itu meliputi perubahan jasmani, kepribadian, intelek serta peranan di dalam maupun di luar lingkungan. Sedangkan tipe kepribadian remaja itu berbeda-beda karena adanya individual deferences yang membedakan pula respon remaja terhadap lingkungan.
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, dan dalam masyarakat dilingkungan kost, pada umumnya. Keadaan seperti inilah yang menimbulkan kesulitan belajar setiap anak tersebut. Tidak jarang pula ditemui bahwa anak-anak mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. Apalagi pemberian standar nilai minimum yang dibebankan perusahaan kepada anak-anak tersebut memaksan mereka harus berfikir lebih keras lagi demi memenuhi standart minimum nilai.
2. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
a. Faktor Sosial
Dalam kehidupan anak tersebut sehari-hari, anak-anak tersebut tidak pernah mendapat perhatian yang cukup oleh kedua orang tuanya. Perhatian kedua orangtuanya kebanyakan hanya dari telepon seluler aja. Mereka hanya menelepon rata-rata hanya satu atau dua kali dalam seminggu. Dengan kondisi yang jarang bertemu seperti ini, banyak sekali pengaruh pada kebiasaan belajar anak tersebut.
Selama ini hanya pihak yang punya kontrakan aja yang bisa memberikan arahan-arahan agar bisa mencapai kesempurnaan dalam belajarnya. Namun dalam hal ini tidak semua arahan-arahan atau bimbingan yang diberikan oleh pihak tuan rumah tersebut, masuk dalam fikiran anak-anak. Dan tidak semuanya yang mendengarkan atau menuruti arahan-arahan tersebut. Banyak yang menerima tetapi tidak sedikit yang masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
b. Faktor Non Sosial
Dalam faktor non sosial ini yang bisa menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar bisa diantaranya faktor lingkungan. Dalam lingkungan keluarga misalnya, keadaan ekonomi yang kurang dari keluarga si anak tersebut dan lingkungan asal mereka yang dari perkampungan pelosok bisa saja memunculkan sifat minder bagi anak-anak tersebut. Bisa saja teman-teman mereka mengejek keadaan mereka yang dari kampung yang teman mereka pikir banyak orang kurang mampu, dan menyangka bahwa mereka semua adalah masih gagap teknologi.
3. Langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar
Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar, tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena itu mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, efektif dan efisien.
Sesuai dengan 2 faktor penyebab timbulnya masalah belajar, maka tindakan-tindakan untuk mengatasinya adalah sebagai berikut :
a. Untuk kasus anak yang menghadapi masalah kurang kematangan fisik, mental atau emosi, ia harus mengikuti remedial teaching. Anak memperoleh latihan-latihan khusus sesuai dengan kelemahan yang ada.
b. Sedangkan untuk anak yang mengalami hambatan emosi, ia bersama orang tuanya perlu berkonsultasi atau memperoleh terapi (pengobatan psikologik) dari seorang psikiater atau psikolog.
Masalah sekolah biasanya baru mulai dirasakan setelah adanya suatu rangkaian kejadian. Maka dalam hal ini, usaha preventif (berjaga-jaga) yang dapat dilakukan yaitu :
a. Para pendidik terutama orang tua dan para guru supaya memberikan perhatian yang cukup kepada anak didiknya, sehingga kekurangan atau kelemahan-kelamahan mereka secepatnya diketahui dan diatasi dengan berkonsultasi sesuia denga keluhan-keluhan yang ada kepada ahli-ahli yang bersangkutan.
b. Supaya orang tua jangan segan-segan memeriksakan anaknya pada seorang ahli jika nampak adanya kekurangan-kekurangan tertentu. Kalau ada kekurangan-kekurangan, walaupun sedikit, tetapi jika sudah mengakibatkan gangguan bagi kelancaran berlajar anak, seperti tidak dapat membaca atau menulis, maka sebaiknya memperoleh "remedial teaching".Tetapi seandainya disarankan ke sekolah luar biasa, maka janganlah menunggu-nunggu, karena ini justru akan menambah parah keadaan anak.
c. Para guru, bila mengetahui adanya kemunduran atau siswa tidak dapat mengikuti pelajaran disekolah, supaya segera memberitahukan kepada orang tuanya ataupun pihak dari ibu/bapak kos dan jangan membiarkan anak terlunta-lunta dikelas. Jadi seandainya anak perlu di sekolah luar biasa, supaya disalurkan dan jangan dipertahankan asal orang tuanya senang, seperti dengan cara menaikkannya setiap tahun meskipun tanpa ada prestasi.
d. Setiap orang tua siswa harus memberikan pengertian kepada setiap anak tersebut untuk selalu belajar dengan sungguh-sungguh biarpun dalam keadaan jauh dari orangtua mereka. Dan tak lupa juga orang tua harus memberikan pesan kepada bapak/ibu kos mereka agar memberikan nasihat-nasihat atau arahan-arahan demi kelancaran belajar mereka.
e. Bila mungkin, bentuklah suatu tim ahli di sekolah. Hingga anak-anak, para guru dan orang tua siswa secara teratur dapat berkonsultasi.
Dengan adanya pengertian dan kerja sama yang baik antara para orang tua, orang tua wali, guru dan para ahli (pedagog, psikolog, psikiater, dan neurolog) yang dengan mudah dapat dihubungi, maka kemungkinan-kemungkinan timbulnya keluhan-keluhan dalam hal kesulitan belajar pada anak-anak dan remaja khususnya, serta keluhan-keluhan lain pada umumnya, dapat kita hindari dengan cara sebaik mungkin.
C. PENUTUP
Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. Masalah yang mungkin ada pada pada salah satu kemampuan tersebut dapat menggangu kemampuan yang lain. Dengan demikian apa yang kita sering lakukan baik sebagai seorang orang tua, ataupun seorang guru dengan mengatakan seorang anak yang mendapatkan nilai yang rendah merupakan anak yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian kita. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa mungkin saja anak hanya mengalami gangguan pada salah satu kemampuan tadi, dan ia tidak tahu bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat menelaah dengan baik perkembangan anak kita. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus dilakukan. Dengan demikian kita akan mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga kita dapat menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.